Kamis, 10 November 2011

taman pugung raharjo

Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan peninggalan sejarah yang terletak di Desa Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Lampung Timur. Situs arkeologi seluas 30 hektar ini merupakan peninggalan zaman Hindu dan Budha. Di taman purbakala ini, terdapat Punden Berundak, Arca, Prasasti, Batu Mayat atau Batu Kandang, Altar Batu, Batu Berlubang, Benteng Parit Primitif sepanjang 1,2 kilometer, dan Dolmen. Selain itu, beberapa keramik peninggalan dinasti Han, Sung, dan Ming masih bisa ditemukan di taman purbakala ini. Untuk mencapai Taman Purbakala Pugung Raharjo, Anda harus menempuh perjalanan 52 kilometer ke arah Timur dari Kota Bandar Lampung. Selama perjalanan, Anda bisa menikmati pemandangan perkebunan karet yang sangat luas.
Taman Purbakala Pugung Raharjo terletak di daerah datar berketinggian 80 meter dan dikelilingi oleh tanggul bekas peninggalan perang zaman dahulu. Selain itu, rimbunnya pohon-pohon membuat suasana di sekitar taman purbakala ini semakin nyaman. Anda bisa berkeliling dengan berjalan kaki melalui jalan setapak yang akan mengantarkan Anda melihat berbagai situs prasejarah ini. Selain itu, Anda dapat menikmati air kolam yang sejuk dari sumber mata air di sebelah timur Taman Purbakala Pugung Raharjo. Konon bila Anda mandi di kolam itu, Anda akan awet muda.
 Taman Purbakala Pugung Raharjo di Lampung
Pada tahun 1957, Taman Purbakala Pugung Raharjo pertama kali ditemukan oleh penduduk secara tidak sengaja. Dahulu, kawasan situs arkeologi Taman Purbakala Pugung Raharjo belum dihuni penduduk. Awalnya penduduk menganggap kawasan hutan itu angker. Hingga akhirnya pada tahun 1954, para transmigran membuka Hutan Pugung untuk dijadikan pemukiman penduduk. Ketika itu, para transmigran menemukan susunan batu besar, gundukan tanah berbentuk persegi, dan arca batu Putri Badhariah. Penemuan situs bersejarah itu kemudian dilaporkan ke Dinas Purbakala Jakarta. Pada tahun 1968 dilakukan penelitian awal yang menyimpulkan bahwa Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan peninggalan zaman megalitik-klasik.
Taman Purbakala Pugung Raharjo menjadi cukup unik karena situs arkeologi semcam ini jarang ditemukan di tempat lain. Di Taman Purbakala Pugung Raharjo, Anda dapat menemukan alat-alat yang digunakan oleh manusia purbakala berupa batu-batu besar. Anda bisa melihat batu tegak atau Menhir, meja batu atau Dolmen, dan kubur batu yang dulunya digunakan oleh manusia purbakala sebagai tempat pemujaan, tempat musyawarah, dan tempat penguburan. Selain itu, benda-benda peninggalan kebudayaan Budha dan Hindu dapat ditemukan di Taman Purbakala Pugung Raharjo, antara lain keramik yang berasal dari Dinasti Han, Sung, dan Ming serta sebuah arca Polynesia yang diperkirakan berasal dari abad ke-6 sampai abad ke-15.
Di Taman Purbakala Pugung Raharjo terdapat dua benteng, satu di sebelah Timur dan satunya lagi di sebelah Barat. Kedua benteng itu berupa gundukan tanah yang berbentuk melingkar dengan ketinggian gundukan 2-3,5 meter dan di bagian luarnya terdapat parit sedalam 3-5 meter. Benteng sebelah Timur memiliki panjang sekitar 1.200 meter, sedangkan benteng sebelah Barat hanya 300 meter. Pada beberapa bagian terdapat jalan yang menghubungkan bagian dalam dan bagian luar benteng. Konon kedua benteng ini digunakan sebagai pelindung dari musuh dan hewan buas.
Di areal Taman Purbakala Pugung Raharjo juga terdapat 13 buah punden berundak, dalam ukuran besar dan dalam ukuran kecil. Awalnya punden berundak ini terlihat seperti gundukan tanah yang tertutupi ilalang, namun setelah dibersihkan ternyata berupa teras yang bertingkat. Punden berundak tersebut ada yang memiliki dua dan tiga tingkat, konon itu sesuai dengan status sosial ketika itu. Batu mayat yang ditemukan di Taman Purbakala Pugung Raharjo memiliki ukuran panjang 205 cm dan garis tengah 40 cm. Batu mayat itu tertanam di tengah-tengah batu lain yang melingkarinya dalam bentuk segi empat. Batu-batu yang melingkari itu antara lain batu altar, menhir-menhir kecil, dan baru berbentuk lempengan bergores seperti huruf “T” pada kedua sisinya.
 Taman Purbakala Pugung Raharjo di Lampung
Anda juga bisa menemukan batu berlubang yang jumlah dan letak lubangnya tidak beraturan. Batu berlubang yang terletak di dekat mata air itu terbuat dari batu kali berwarna hitam keabu-abuan. Pada bagian permukaan terdapat 4 buah lubang yang cukup luas. Jumlah keseluruhan batu berlubang itu adalah 19 buah. Selain batu berlubang, di Taman Purbakala Pugung Raharjo Anda juga bisa menemukan lumpang batu. Batu dengan satu lubang ini memiliki dua tipe, satu batu tak berbentuk seperti yang terdapat di pinggir kali sebelah kolam dan satunya lagi batu yang dibentuk persegi panjang. Ada juga empat batu bergores yang diduga digunakan sebagai alat untuk mengasah senjata

taman pugung raharjo

Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan peninggalan sejarah yang terletak di Desa Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Lampung Timur. Situs arkeologi seluas 30 hektar ini merupakan peninggalan zaman Hindu dan Budha. Di taman purbakala ini, terdapat Punden Berundak, Arca, Prasasti, Batu Mayat atau Batu Kandang, Altar Batu, Batu Berlubang, Benteng Parit Primitif sepanjang 1,2 kilometer, dan Dolmen. Selain itu, beberapa keramik peninggalan dinasti Han, Sung, dan Ming masih bisa ditemukan di taman purbakala ini. Untuk mencapai Taman Purbakala Pugung Raharjo, Anda harus menempuh perjalanan 52 kilometer ke arah Timur dari Kota Bandar Lampung. Selama perjalanan, Anda bisa menikmati pemandangan perkebunan karet yang sangat luas.
Taman Purbakala Pugung Raharjo terletak di daerah datar berketinggian 80 meter dan dikelilingi oleh tanggul bekas peninggalan perang zaman dahulu. Selain itu, rimbunnya pohon-pohon membuat suasana di sekitar taman purbakala ini semakin nyaman. Anda bisa berkeliling dengan berjalan kaki melalui jalan setapak yang akan mengantarkan Anda melihat berbagai situs prasejarah ini. Selain itu, Anda dapat menikmati air kolam yang sejuk dari sumber mata air di sebelah timur Taman Purbakala Pugung Raharjo. Konon bila Anda mandi di kolam itu, Anda akan awet muda.
 Taman Purbakala Pugung Raharjo di Lampung
Pada tahun 1957, Taman Purbakala Pugung Raharjo pertama kali ditemukan oleh penduduk secara tidak sengaja. Dahulu, kawasan situs arkeologi Taman Purbakala Pugung Raharjo belum dihuni penduduk. Awalnya penduduk menganggap kawasan hutan itu angker. Hingga akhirnya pada tahun 1954, para transmigran membuka Hutan Pugung untuk dijadikan pemukiman penduduk. Ketika itu, para transmigran menemukan susunan batu besar, gundukan tanah berbentuk persegi, dan arca batu Putri Badhariah. Penemuan situs bersejarah itu kemudian dilaporkan ke Dinas Purbakala Jakarta. Pada tahun 1968 dilakukan penelitian awal yang menyimpulkan bahwa Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan peninggalan zaman megalitik-klasik.
Taman Purbakala Pugung Raharjo menjadi cukup unik karena situs arkeologi semcam ini jarang ditemukan di tempat lain. Di Taman Purbakala Pugung Raharjo, Anda dapat menemukan alat-alat yang digunakan oleh manusia purbakala berupa batu-batu besar. Anda bisa melihat batu tegak atau Menhir, meja batu atau Dolmen, dan kubur batu yang dulunya digunakan oleh manusia purbakala sebagai tempat pemujaan, tempat musyawarah, dan tempat penguburan. Selain itu, benda-benda peninggalan kebudayaan Budha dan Hindu dapat ditemukan di Taman Purbakala Pugung Raharjo, antara lain keramik yang berasal dari Dinasti Han, Sung, dan Ming serta sebuah arca Polynesia yang diperkirakan berasal dari abad ke-6 sampai abad ke-15.
Di Taman Purbakala Pugung Raharjo terdapat dua benteng, satu di sebelah Timur dan satunya lagi di sebelah Barat. Kedua benteng itu berupa gundukan tanah yang berbentuk melingkar dengan ketinggian gundukan 2-3,5 meter dan di bagian luarnya terdapat parit sedalam 3-5 meter. Benteng sebelah Timur memiliki panjang sekitar 1.200 meter, sedangkan benteng sebelah Barat hanya 300 meter. Pada beberapa bagian terdapat jalan yang menghubungkan bagian dalam dan bagian luar benteng. Konon kedua benteng ini digunakan sebagai pelindung dari musuh dan hewan buas.
Di areal Taman Purbakala Pugung Raharjo juga terdapat 13 buah punden berundak, dalam ukuran besar dan dalam ukuran kecil. Awalnya punden berundak ini terlihat seperti gundukan tanah yang tertutupi ilalang, namun setelah dibersihkan ternyata berupa teras yang bertingkat. Punden berundak tersebut ada yang memiliki dua dan tiga tingkat, konon itu sesuai dengan status sosial ketika itu. Batu mayat yang ditemukan di Taman Purbakala Pugung Raharjo memiliki ukuran panjang 205 cm dan garis tengah 40 cm. Batu mayat itu tertanam di tengah-tengah batu lain yang melingkarinya dalam bentuk segi empat. Batu-batu yang melingkari itu antara lain batu altar, menhir-menhir kecil, dan baru berbentuk lempengan bergores seperti huruf “T” pada kedua sisinya.
 Taman Purbakala Pugung Raharjo di Lampung
Anda juga bisa menemukan batu berlubang yang jumlah dan letak lubangnya tidak beraturan. Batu berlubang yang terletak di dekat mata air itu terbuat dari batu kali berwarna hitam keabu-abuan. Pada bagian permukaan terdapat 4 buah lubang yang cukup luas. Jumlah keseluruhan batu berlubang itu adalah 19 buah. Selain batu berlubang, di Taman Purbakala Pugung Raharjo Anda juga bisa menemukan lumpang batu. Batu dengan satu lubang ini memiliki dua tipe, satu batu tak berbentuk seperti yang terdapat di pinggir kali sebelah kolam dan satunya lagi batu yang dibentuk persegi panjang. Ada juga empat batu bergores yang diduga digunakan sebagai alat untuk mengasah senjata

Tujuan wisata dan adat istiadat serta peninggalan sejarah

Kerajinan Lampung
Suatu makna tertentu sering kali dijumpai pada corak busana suku-suku bangsa di Indonesia. Adapun motif-motif dari corak pakaian tersebut umumnya berupa lukisan, motif dalam bentuk yang sederhana dan menimbulkan kesan tersendiri.
Corak dan motif pakaian di Sumatera bagian selatan bisanya terbuat dari bahan katun yang tidak diwarnakan atau kadang-kadang berwarna terang dijalin dengan rajutan timbul warna-warna merah, biru dan krim membentuk gambar-gambar kapal, rumah tradisional, kuda, manusia bahkan kadang-kadang gajah. Akan tetapi motif yang lama adalah bentuk-bentuk kapal. Bentuk motif kain ini yang kadang disebut Kain Kapal.
Sekilas tentang Lampung
Nama Propinsi ini diambil/berasal dari nama suku asli yang mendiami wilayah Propinsi Lampung ini.
Sebelum kemerdekaan, Lampung merupakan wilayah yang dipimpin oleh Seorang Residen dan status daerah sebagai keresidenan (Residentie Lampoengsche Districten) dengan beberapa afdeling (Afdeling Teloekbetoeng, Afdeling Metro dan Afdeling Kotabumi).
Sebelum Lampung terbentuk menjadi Propinsi, daerah ini menjadi bagian dari Propinsi Sumatera Selatan.
Pada Tanggal 24 maret 1964, Melalui Undang –Undang Nomor 14 Tahun 1964, Teluk Betung, dengan 3 kabupaten yaitu: kabupaten Lampung Selatan, kabupaten Lampung Tengah dan kabupaten Lampung Utara.
Sesuai dengan perkembangan daerah, dan pertumbuhan penduduk, efektivitas serta kehidupan demokrasi yang dinamis, Propinsi Lampung pada awal tahun 2000, terbagi dalam 10 kabupaten/kota.
Beberapa kota yang berasal dari daerah transmigrasi sejak pertama dilaksanakan tahun 1905 telah berkembang dengan amat pesat seperti Metro, Pringsewu/Bambu Seribu dan Way Jepara serta Sribhawono.
Desa-desa/kota tua/kota lama dengan ciri kehidupan tradisional masih dapat dijumpai seperti Sukadana, Menggala, Kenali, Liwa, Blambangan Umpu, dll.
Sebagian dari Kota-kota tersebut menjadi Ibukota kabupaten. Penduduk Lampung pada awal Tahun 2000 berjumlah – 7 juta jiwa.
<> Hasil sensus penduduk tahun 1990 berjumlah 6.017.573 jiwa. Diantara 10 kabupaten/kota jumlah penduduk yang terbanyak pada Lampung Tengah dengan 1.901.630 jiwa, sedangkan untuk kepadatan penduduk terdapat di Kota Bandar lampung 3.763 jiwa/Km2

Suatu makna tertentu sering kali dijumpai pada corak busana suku-suku bangsa di Indonesia. Adapun motif-motif dari corak pakaian tersebut umumnya berupa lukisan, motif dalam bentuk yang sederhana dan menimbulkan kesan tersendiri.
Corak dan motif pakaian di Sumatera bagian selatan bisanya terbuat dari bahan katun yang tidak diwarnakan atau kadang-kadang berwarna terang dijalin dengan rajutan timbul warna-warna merah, biru dan krim membentuk gambar-gambar kapal, rumah tradisional, kuda, manusia bahkan kadang-kadang gajah. Akan tetapi motif yang lama adalah bentuk-bentuk kapal. Bentuk motif kain ini yang kadang disebut Kain Kapal.

Nama Propinsi ini diambil/berasal dari nama suku asli yang mendiami wilayah Propinsi Lampung ini.
Sebelum kemerdekaan, Lampung merupakan wilayah yang dipimpin oleh Seorang Residen dan status daerah sebagai keresidenan (Residentie Lampoengsche Districten) dengan beberapa afdeling (Afdeling Teloekbetoeng, Afdeling Metro dan Afdeling Kotabumi).
Sebelum Lampung terbentuk menjadi Propinsi, daerah ini menjadi bagian dari Propinsi Sumatera Selatan.
Pada Tanggal 24 maret 1964, Melalui Undang –Undang Nomor 14 Tahun 1964, Teluk Betung, dengan 3 kabupaten yaitu: kabupaten Lampung Selatan, kabupaten Lampung Tengah dan kabupaten Lampung Utara.
Sesuai dengan perkembangan daerah, dan pertumbuhan penduduk, efektivitas serta kehidupan demokrasi yang dinamis, Propinsi Lampung pada awal tahun 2000, terbagi dalam 10 kabupaten/kota.
Beberapa kota yang berasal dari daerah transmigrasi sejak pertama dilaksanakan tahun 1905 telah berkembang dengan amat pesat seperti Metro, Pringsewu/Bambu Seribu dan Way Jepara serta Sribhawono.
Desa-desa/kota tua/kota lama dengan ciri kehidupan tradisional masih dapat dijumpai seperti Sukadana, Menggala, Kenali, Liwa, Blambangan Umpu, dll.
Sebagian dari Kota-kota tersebut menjadi Ibukota kabupaten. Penduduk Lampung pada awal Tahun 2000 berjumlah – 7 juta jiwa.
<> Hasil sensus penduduk tahun 1990 berjumlah 6.017.573 jiwa. Diantara 10 kabupaten/kota jumlah penduduk yang terbanyak pada Lampung Tengah dengan 1.901.630 jiwa, sedangkan untuk kepadatan penduduk terdapat di Kota Bandar lampung 3.763 jiwa/Km2

Sejarah Lampung
Sejarah Lampung dimulai sejak zaman Hindu/Animis yang berlangsung s/d awal abad ke XVI. Sistem kebudayaan yang berasal dari luar termasuk Hindu dan Budha, tetapi yang dominan adalah tradisi asli dari zaman Malayu-Polynesia.
Daerah Lampung telah lama dikenal orang luar pada permulaan tahun masehi sebagai tempat orang-orang lautan mencari hasil hutan, terbukti dengan diketemukannya berbagai bahan keramik dari zaman Han (206 - 220 SM) dan akhir zaman Han (abad ke II s/d VII) juga dari zaman Ming (1368 - 1643).
Menurut berita dari negeri Cina (China Chronicle) abad ke VII, dikatakan bahwa di daerah selatan (Nam-phang) terdapat kerajaan yang disebut "To Lang P'owang" (To = orang, Lang P'owang  = Lampung).
Telah dapat dipastikan bahwa Lampung telah didiami manusia sejak zaman prasejarah berabad-abad yang lalu.Hal ini terbukti dari penemuan peninggalan-peninggalan sejarah atau budaya dalam bentuk patung-patung, pahatan bercorak megalitik di sekitar Putawiwitan, Sumberjaya, Kenali, Batubedil dan di kecamatan Sekampung Udik (Pugung Raharjo).
Pada daerah-daerah tertentu terdapat peninggalan yang menunjukan bahwa Lampung berada dibawah Kerajaan maritim terbesar kala itu, Kerajaan Sriwidjaya. Prasasti Palas Pasema dan Prasasti Batubedil di daerah Tanggamus merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya pada sekitar abad VII. Kerajaan-kerajaan Tulang Bawang dan Skalabrak diduga pernah berdiri pada sekitar abad VII - VIII. Pusat Kerajaan Tulang Bawang diperkirakan terletak di sekitar Menggala/Sungai Tulang Bawang sampai Pagar Dewa.

potensi pariwisata lampung


pariwisata lampung

Selamat Datang di Pariwisata Provinsi Lampung
Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata mencakup pembangunan aspek ekonomi dan aspek sosial budaya, serta dilakukan secara sinergis dengan berbagai sektor lain. Propinsi Lampung telah menetapkan tujuh obyek wisata unggulan dalam upaya mewujudkan Lampung sebagai daerah tujuan wisata. Obyek wisata unggulan yang telah ditetapkan adalah :

1) Kawasan Wisata Bakauheni dan Land Mark Menara Siger,
2) Kawasan Ekowisata Kalianda dan sekitarnya,
3) Kawasan Wisata Agro Pekalongan, Lampung Timur,
4) Pengembangan Ekowisata Taman Hutan Rakyat Gunung Betung,
5) Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Way Kambas,
6) Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.


Selain itu wisata unggulan juga terdapat obyek wisata penunjang yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota, meliputi obyek wisata alam 177 buah dan obyek wisata buatan termasuk obyek wisata budaya sebanyak 145 obyek . Sampai dengan tahun 2006, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Lampung mencapai 843.768 orang wisatawan nusantara atau naik 22,44 % dari tahun 2005; sedangkan wisatawan mancanegara sebanyak 6.893 orang atau naik 27,08 % dibandingkan tahun 2005.



wisata pantai

Ingin wisata pantai? Datanglah ke bibir Pantai Teluk Lampung yang terbentang dari Kalianda di Lampung Selatan hingga Bandar Lampung. Sebuah kawasan teluk dengan pantai yang indah dan selanjutnya ke Teluk Semangka di Tanggamus.

Sumber air panas Way Belerang, Pantai Wartawan, Kalianda Resor, Laguna Helau, Merak Belantung, Pasir Putih, Tanjung Selaki, Pulau Pasir, Pantai Marina adalah kawasan wisata pantai di Teluk Lampung di wilayah Lampung Selatan.

Ada Pantai Marina dan Kalianda Resor. Pantai Marina memiliki pemandangan indah dengan batu-batu karang yang bentuknya beraneka ragam. Menurut cerita rakyat, ada batu karang yang disebut Batu Balai merupakan tempat Pangeran Cindar Bumi menerima tamu. Pantai ini terletak di Kecamatan Sidomulyo 43 kilometer dari Bandar Lampung atau 22 kilometer dari Kalianda. Fasilitas yang tersedia di sini beragam.

Kawasan wisata Kalianda Resor terletak 30 kilometer utara Bakauheni, 20 kilometer utara Kalianda, dan 45 kilometer dari Bandar Lampung. Kawasan ini menyediakan fasilitas petualangan seperti tour ke Krakatau dan pulau-pulau sekitar Teluk Lampung bagian selatan, diving di Pulau Sebuku, memancing, tempat berkemah, bungalow, jetsky, diskotek, kafetaria yang menghadap ke pantai, penyewaan sepeda, dan perahu dayung

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes